-- Takdir Part 4 --
Marsha berdiri di gerbang sekolahnya sambil sesekali melirik jam tangan
biru muda yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah hampir
setengah jam Marsha menunggu supirnya yang biasa mengantarkan ia pulang.
Tiba tiba
HP Marsha bergetar. Tanda sebuah pesan masuk. Marsha cepat cepat menekan sebuah
tombol untuk membaca isi pesan itu.
1 new message – pak ahmad
From : pak ahmad
Aduh non. Mobilnya mogok.
Non Marsha pulang naik taksi aja ya.
Marsha mendecakkan lidahnya berkali kali. “kalo gue gak di jemput. Gue
pulang ama siapa dong? Masa gue harus nungguin taksi sih. mana ada taksi
di sini” ucap Marsha.
Marsha mengedarkan pandangannya ke
sekolah. Sudah sepi. Yang tertinggal hanyalah Rafli yang sedang berjalan
menuju motrnya yang di parkir. Marsha sempat berniat untuk nebeng ama
Rafli. namun teringat kejadian beberapa hari
lalu, saat Marsha lepas kontrol mengatakan suka pada Rafli. ia menjadi segan untuk
meminta bantuan kepada Rafi. apalagi akhir akhir ini ia sudah tidak pernah
menegurnya lagi.
Marsha hanya menghela nafas lalu mulai berjalan pergi dari sekolahnya.
Ia hanya berharap ada sebuah taksi yang bias mengantarkannya sampai ke
rumah. Semoga saja. Semoga..
Dimana ini?
Ya tuhan..
dimana kah ini? Marsha baru sadar bahwa dirinya sama sekali tak tahu
jalan. Marsha terus berjalan. Mengikuti kemana langkah kakinya
membawanya. Sudah hampir satu jam ia berjalan. Namun tak ada satu ekor
taksi
pun yang Nampak. Dan sekarang ia sama sekali tak tahu dimana dirinya sekarang
berada.
Marsha terduduk lemas di pinggir trotoan jalan. Jalan itu sepi. Tak ada
satu kendaraan pun yang lewat. Jangankan sebuah kendaraan. Orang –
orang pun mungkin segan untuk kesini. Marsha hanya duduk sambil memeluk
kedua
lututnya sendiri, dan membenamkan wajahnya di antara tangannya. Ia hanya
berharap ada orang baik yang mau mengantarkannya pulang ke rumah dengan selamat..
lagi lagi hanya berharap..
Marsha bisa merasakan sebuah kendaraan yang melaju ke arahnya. Dan
berhenti tepat di hadapannya. Ia mengangkat wajahnya sedikit. Ia melihat
sebuah Caviga merah. Marsha mengenal motor itu. itu motor.. Rafi. ia
mendongkakan
kepalanya, agar dapat melihat wajah sang dewa penolongnya. Ia hanya menatap Rafli
tanpa bersuara.
“naik..”seru Rafli
Marsha hanya diam tak bergeming. Tiba tiba saja. Ia berdiri dan memeluk Rafi. tangisnya pecah saat itu juga.
“gu.. gue.. takut.. gue.. takut..” tangisnya.
Perlahan Rafli mengangkat tangannya. Mengelus lembut rambut Marsha.
Mencoba menenangkan gadis yang pernah menjadi belahan jiwanya. Mungkin
sampai sekarang..
Rafli melepaskan pelukannya. Mengusap air mata Marsha dengan ujung jarinya. Dan menatap mata Marsha dengan lembut.
“lo jangan nangis lagi ya Sha. Gue ada disini. Lo gak usah takut. Gue
pasti bakalan terus.. jagain lo..” ucap Rafli lirih. Apa mungkin? Apa
bisa ia menepati kata – katanya sendiri. Mungkin ia hanya bisa
menepatinya hari
ini saja. Esok? Siapa yang tahu. Itu hanyalah takdir yang tuhan beri untuknya.
“yaudah lo naik gih. Gue anterin lo pulang..” ucap Rafli. Marsha
menurut, ia hanya menganggukan kepalanya lalu menaiki motor Rafli.
*** Rafli's Home ***
Rafli keluar dari kamar mandi yang berada di dalam kamarnya sambil
mengeringkan rambutnya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya dengan handuk
yang menempel di lehernya. Kata kata Marsha masih jelas terdengar di
telinga Rafli. “gue tau lo baik ka. Pasti lo punya alesan di balik sikap
lo yang dingin”.
Ia berjalan menuju cermin. Memandangi
pantulan bayangan dirinya di cermin. Tak ada yang istimewa darinya.
Kenapa Marsha harus menyukainya. Hanya ada luka. Luka bekas operasi
jantung yang ia lakukan setahun yang lalu.
Setahun yang lalu.. ya, semenjak saat itu ia sadar bahwa dirinya sudah tak utuh
seperti dulu. Ia tak memiliki jantung. Yang ia miliki hanyalah sebuah jantung
elektrik. Ia tahu bahwa sebuah jantung elektrik tak bisa terus terusan berdetak
di dalam tubuhnya. Seberapa tahan sih sebuah jantung elektrik. Ia yakin pasti
jantung itu akan berhenti juga. Entahlah kapan jantung itu akan berhenti.. lagi
lagi ini hanyalah takdir tuhan yang di beri untuknya. Sebuah takdir..
“gue pingin hidup.. gue.. pingin.. hidup..” lirih Rafli
-------------------------------------------------------------------
Share + Comment Yah :)
Follow ==> @donnyrieuwpassa
Yang Belum Baca Part Sebelumnya bisa liat dibawa... ato bahkan mau next klik aja yang dibawah
Artikel Terkait : Cerbung Rasha,
Cerpen Marsha Rafli,
Cerpen Mungkin Ini Takdir,
Part 4
kak part 3 nya mana?
BalasHapusmohon dibalas :)