alljackblogg.blogspot.com, Manado - Cover story majalah
Tempo 7 Juni 1994
benar-benar membuat merah telinga penguasa. »Tak
sampai sebulan, orang
dalam pusaran kekuasaan melaporkan bahwa Goenawan
Mohammad sebagai
orang paling berbahaya di Indonesia,” begitu Janet
Steel menulis dalam buku
Wars Within. Majalah Tempo, tabloid DeTik, dan
majalah Editor diberedel oleh
Menteri Penerangan Harmoko. Goenawan kala
itu merupakan Pemimpin Redaksi
Tempo.
Media-media itu mengkritik pembelian 39 kapal perang bekas dari
Jerman Timur
oleh pemerintahan Soeharto. Kabar itu berfokus pada harga
pembelian yang diperdebatkan
oleh Menteri Riset dan Teknologi B.J.
Habibie dan Menteri Keuangan Marie Muhammad.
Utamanya, besaran harga
dari US$ 12,7 juta menjadi US$ 1,1 miliar. Sepekan sebelumnya,
majalah
Tempo mengungkapkan pembengkakan harga kapal bekas sebesar 62 kali
lipat.
Pada 9 Juni 1994, dua hari setelah pemberitaan tersebut, ketika
meresmikan pembangunan
Pangkalan Utama Angkatan Laut di Teluk Ratai,
Lampung, Soeharto marah besar. Dia
menegaskan keberpihakannya kepada
ABRI. Soeharto menghujat pers. Dia memerintahkan
supaya menindak tegas
media yang »mengadu domba”.
Dari sinilah, Menteri Penerangan Harmoko memberedel ketiga media
tadi. »Tanpa alasan
eksplisit atas pecabutan SIUPP atau izin terbit
majalah, dengan hanya menyebut bahwa
Tempo telah mengganggu stabilitas
nasional dan gagal menjaga pers Pancasila,” tulis Janet Steel.
Mengenai pemberedelan ini, Tempo edisi 19 Oktober 1998 memuat
pernyataan Harmoko.
»Eee, wah.. kok saya lupa, ya. Sudahlah, biarkan itu
semua berlalu.”
Kepada Tempo, Habibie enggan bicara politik, termasuk masa lalunya di era Orde Baru.
WANTO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Telah Membaca Post ini..
Jangan Lupa Untuk Meninggalkan Komentarnya yah ツ